Potensi Kradenan



Fisik dan Sumber Daya Alam


Sungai Bengawan Solo

Di Kecamatan Kradenan terdapat sungai Bengawan Solo yang membentang luas sebagai pembatas timur kecamatan Kradenan dan Provinsi Jawa Timur.  Sungai Bengawan Solo ini menjadi sumber kehidupan bagi mayoritas masyarakat di Kradenan. Teras sungai yang terbentang dari desa Nglugger hingga desa Megeri ini menjadi hartakarun bagi masyarakat karena memiliki kapur dan pasir yang sangat banyak, sehingga banyak sekali penambangan galian C yang terdapat di sepanjang teras sungai Bengawan Solo. Selain itu Bengawan solo juga memberikan sumber air bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pengirigasian sawah –sawah dan ladang milik masyarakat sehingga mereka tidak perlu kawatir akan kekurangan sumber air.


Penambangan Galian Tipe-C
Untuk Kecamatan Kradenan di sepanjang Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo memiliki potensi berupa tambang pasir kuarsa, pasir sirtu, tambang gamping, dan batu kapur yang diambil baik menggunakan pompa maupun penggalian. Selain itu, kabupaten lain seperti Pati, Rembang, Kudus, Purwodadi, Gresik juga memasok pasir kuarsa dan material dari Kecamatan Kradenan.
Untuk penyedotan pasir dari bengawan solo ini dibantu dengan mesin yang memompa air yang membawa pasir sehingga nanti pasir disaring. Biaya untuk oprasional mesin ini hanya solar 30 Liter dan itu tidak ditanggung kuli, tapi bosnya yang punya. Pengusaha pasir ini biasa mengambil pasir di Bengawan solo dengan ongkos 200ribu per trek, 35 ribu untuk kuli dan 135 untuk solar mesinnya sisanya untuk supir treknya, dan pengusaha pasir ini menjual ke pasaran 400 hingga 500 ribu per treknya. Pasaran pasir-pasir ini ke daerah Juwana, Rembang, purwodadi, lamongan. Di Jawa timur lagi ada proyek sehingga kebutuhan pasir sekarang ini sedang meningkat, ungkap Pak Dasi, sebagai Kuli Pasir dalam wawancara 24 Mei 2012.



Sumber Minyak dan Gas
Pertamina PPGJ merupakan suatu perusahaan minyak yang berjalan dibidang pengembangan gas di pulau Jawa. Pertamina PPGJ saat ini berencana melakukan pengembangan terhadap gas di Kecamatan Kradenan tepatnya di Desa Sumberrejo. Hal tersebut karena ditremukannya lokasi yang mengandung minyak dan gas. Proyek ini sebenarnya adalah hal yang sangat baik karena dengan diadakannya proyek PPGJ maka akan banyak tenaga kerja yang akan terserap, dan mengembangkan sector lainnya serta akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Upaya Pemkab Blora berjuang untuk meminta jatah gas yang diproduksi sumur gas di desa Sumber Kecamatan Kradenan mulai ada hasil. Kepala Dinas ESDM Blora, Setyo Edy mengatakan, sudah ada pembicaraan yang focus soal jatah gas untuk Blora itu.
 “Pelaksanaannya nanti dimungkinkan bersamaan dengan pemasangan jaringan ppipa gas,” ujar Setyo Edy(10/4).
Jaringan pipa gas itu, lanjut Edy, akan dipasang mulai dari lokasi produksi di Desa Sumber sampai di Tambaklorok Semarang. Sebab, gas dari Blora itu nanti akan digunakan untuk pembangkit listrik. Jaringan pipa itu direncanakan dibangun mulai 2014. Namun, perencanaan akan dilakukan tahun ini. Saat pemasangan, kata dia, diharapkan jaringan pipa untuk jatah Blora juga dipasang. Gas jatah Blora juga di pasang. Gas jatah Blora direncanakan akan digunakan untuk program gas perkotaan (City Gas). Yakni, gas itu disalurkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa. (goasentono.blogspot.com)




Pesona Goa Sentono
Goa Sentono terletak di perbukitan Kapur di atas aliran Sungai Bengawan Solo dusun Sentono Mendenrejo Kec.Kradenan. Bentuknya biasa seperti pada umumnya goa tanah. Kalau di lihat dari bentuknya Goa Sentono justru tidak seperti goa-goa wisata lainnya, yang ada malah rasa ngeri dan  suasana angker. Mungkin karena Mulut Goa sentono terletak persis menghadap bibir jurang bengawan solo sehingga terkesan kurang dapat dinikmati untuk tujuan refreshing. Di samping itu, diatas Goa dipakai untuk Tempat Pemakaman Umum (TPU) warga sekitar, sehingga menambah suasana mistis. Konon menurut cerita masyarakat sekitar, Goa sentono Menden bisa tembus sampai ke Tuban Jawa Timur yang jaraknya puluhan kilometer. Benar tidaknya belum ada yang tahu, karena sampai saat ini belum pernah ada yang membuktikan.




Penggunaan Lahan

Pertanian
Berdasarkan wawancara dengan Bupati Blora Djoko Nugroho (22/05) Selasa lalu dalam kunjungan kerjanya pada panen raya musim tanam ke-2 di Desa Medalem Kecamatan Kradenan mengatakan, berdasarkan laporan kepaladinas tahun ini di Blora bagian selatan memiliki potensi pertanian yang bagus. Hal ini didukung karena memiliki jenis tanah grumosol yang cocok untuk pertanian, sehingga hasil panennya melebihi kuota yang ditentukan.
Kecamatan Kradenan merupakan lumbung padi kabupaten Blora karena mampu melakukan dua sampai tiga kali masa panen dalam satu tahun. Tahun ini menurut Kepala DPPKKI Kab. Blora, produktivitas padi Kab. Blora mencapai 5,5 Kg/m2 sampai 6,2 Kg/m2 sedangkan produktivitas provinsi hanya mencapai 4,05 Kg/m2,” ujar Slamet Sutikno sebagai Plt. Sekda Kabupaten Blora. Hal ini menjadikan pertanian sebagai sector basis perekonomian di Kec. Kradenan.
Secara manual satu hektare sawah dikerjakan 15 orang tenaga kerja dalam waktu setengah hari sedangkan jika menggunakan mesin ini lahan seluas 1 hektar hanya butuh waktu kira-kira 1 sampai 2 jam. Bupati menambahkan, dalam rangka meningkatkan hasil pertanian selain pemanfaatan mesin pertanian, Pemerintah juga akan berupaya membuatkan embung penampung dan saluran irigasi agar air dari Sungai Bengawan Solo dapat ditarik ketengah-tengah persawahan. Hal senada juga disampaikan Kepala Distanbunakikan yang juga Plt. Sekda Blora, Sutikno Slamet, “Jaringan-jaringan irigasi tersier penting terutama persawahan yang tidak terjangkau air pompa,” tuturnya. Camat Kradenan, Joko Budiono, menuturkan, petani di Kecamatan Kradenan saat ini semakin maju dalam pola tanam. Selain menanam padi, petani melakukan diversifikasi dengan menanam berbagai macam tanaman horticultural. “Mereka juga menanam cabai, melon,bawang dan tanaman horticultural lainnya.
Dalam kunjungan kerjanya pada panen raya, Bupati juga meresmikan kantor UPTD Distanbunakikan dan lumbung padi Kecamatan Kradenan. Pada kesempatan itu juga diserahkan bantuan beras sebanyak 2,5 ton unuk Desa Medalem sebanyak 1 ton Nglungger dan Menden masing-masing mendapatkan bantuan 750 kg serta bantuan alat-alat pertanian lainnya.
Untuk desa Medalem, Mojorembun, Mendenrejo, Sumberrejo, dan Nglungger merupakan daerah pertanian lahan basah penghasil Padi dan Palawija. Untuk Desa bagian selatan Ngrawoh, Nginggil, Nglebak, Getas dan Megeri merupakan pertanian lahan kering penghasil ketela dan tebu




Hutan Jati
Sama seperti kecamatan lain di Kabupaten Blora, Kecamatan Kradenan juga memiliki hutan jati yang sangat luas yang tentunya bernilai hingga milyar rupiah. Hutan-hutan jati di Keacamatan Kradenan ini dikelola oleh dua pihak perhutani, yakni perhutani Kab Blora di Kradenan bagian Utara, sedangkan di Kradenan bagian selatan dikelola oleh Perhutani Ngawi. Hal ini dikarenakan letak Kradenan bagian selatan yang berbatasan dengan Kab Ngawi, sehingga masuk kedalam daerah otoritas perum perhutani Ngawi.
Walaupun dahulu sering ada penebangan secara liar, namun masalah itu sudah dapat diatasi, kini pohon-pohon jati di Kecamatan Kradenan masih tumbuh meskipun ukurannya yang belum besar. Selain untuk penghijauan dan daerag konservasi, hutan jati ini juga menjadi hutan produksi yang jika usianya sudah cukup, maka kayu-kayu dari badan pohonnya ini akan menjadi meubel ataupun kerajinan ukir lainnya yang bernilai jual tinggi.



Demografi
Jika dilihat berdasarkan piramida penduduknya, usia angkatan kerja justru lebih banyak dibandingkan yang bukan nagkatan kerja, dimana artinya angka ketergantungan tidak besar. Dengan banyaknya penduduk usia produktif ini maka Kecamatan Kradenan memiliki sumber daya manusia yang mencukupi. Selain itu penduduk usia lanjut seperti usia 50 hingga 70 keatas walaupun tidak termasuk angkatan kerja, namun banyak dari mereka yang masih bekerja sebagai petani ataupun buruh.



Ekonomi
Home Industry – Tahu, Tempe dan Krupuk
Hampir di seluruh desa di Kecamatan Kradenan memiliki industry rumah tangga dalam pembuatan tahu, tempe dan krupuk. Kegiatan ekonomi ini juga membantu masyarakat untuk mencukupi kebutuhannya. Hasil produksi dari tiap Desa dijual di tiap pasar maupun juga dikirim ke luar kecamatan seperti Kecamatan Kedungtuban, Randublatung bahkan juga sampai Kabupaten Ngawi Jawa Timur.
Industri tersebut merupakan industri turun temurun yang sama sekali tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Modal yang digunakan berasal dari modal sendiri. Penghasilan yang diperoleh dari penjualan tempe tahu tersebut sebesar Rp.150.000/hari, penghasilan tersebut masih berupa penghasilan kotor. Industri di sekitar Mendenrejo ini kebanyakan hanya berupa industri kecil pembuatan tahu dan tempe. Bahan dasar tempe dan tahu berupa kedelai yang berasal dari hasil pertanian sendiri. Penjualan tempe dijual per biji sebesar Rp.1000,- sedangkan penjualan tahu per biji dijual sebesar Rp.500,-. Tempe yang dijual berupa tempe yang dibungkus oleh plastik berukuran panjang. Selain dari produksi tahu dan tempe ada juga yang membuat keripik tempe, namun hanya beberapa saja. Keripik tempe tersebut hanya dijual eceran ke warung atau toko-toko sekitar.


Home Industry - Gerabah
Pengrajin gerabah di Desa Nglungger termasuk banyak, tetapi semakin berkurang karena tidak ada penerusnya. Bahan bakunya sudah terdapat di belakang rumah. Hasilnya berupa cobek, kekep, dan wajan. Penjualannya diambil oleh pengumpul dan dipasarkan ke Randublatung dan Cepu. Dalam sekali angkut, pengumpul mengangkut tidak hanya dari satu rumah produksi. Dalam satu hari dapat memproduksi sampai 50 buah. Dalam sekali ‘masak’ memuat dapat berupa 100 buah cobek, 100 buah kekep, dan 20 buah kekep ukuran besar. Pembakaran biasanya dilakukan 10 hari sekali. Harga cobek @Rp 1.000,- kekep@ Rp 2.000,- kekep besar @Rp6.000,-. Pekerjaan ini dilakukan oleh warga usia tua, yang mengandalkan penghasilannya untuk pemenuhan sandang panagan sehari-hari, karena anak-anaknya yang rata-rata sudah pergi merantau ke kota besar seperti Semarang dan Jakarta.

UPPO  (Unit Pengolahan Pupuk Organik)
UPPO merupakan unit pengolahan pupuk organik yang dikelola oleh warga setempat dengan menggunakan mesin pengolah. Bahan dasar pengolahan pupuk organik didapat dari kotoran sapi milik warga setempat. Hasil produksinya hanya dipasarkan di sekitar desa Mendenrejo dengan mayoritas pembeli adalah petani.



Infrastruktur dan Fasilitas
Pada umumnya infrastrukur dan Fasilitas di Kecamatan Kradenan sudah ada dan sudah cukup menyebar, hanya saja kondisinya yang belum membaik. Dari infrastruktur yang ada, yang dapat menadi potensi adalah :
a.      Beberapa orang membuat BUISDEKER atau sumur resapan yang berfungsi ganda. Terubuat darii semen yang dicor untuks aluran yang melingkar seperti pipa, 1meter fungsinya untuk saluran dan sumur dengan kedalaman terserah pembuatnya. Saluran ini diisi dengan batu yang dicampur dengan ijuk aren. Batu pasir berfungsi untuk menampung air agak tidak terjadi peluberan air sehingga berfungsi positif serta memoertahankan air tanah agar tetap terjaga. (Darnoto, Sekcam Kradenan, 2012)
b.      PDAM terdapat di dua desa, yakni Mendenrejo dan Sumber, karena dua desa ini memiliki jumlah penduduk yang banyak. Pada dasarnya air bersih di Kradenan tidak susah dicari dan selama ini distribusinya lancar tidak ada masalah, karena memiliki Sungai Bengawan Solo yang dapat menjadi sumber air. Namun untuk air bersih belum ada rencana kedepannya, hanya saja keberlanjutan program PNPM Mandiri diharap dapat membantu pemenuhan air bersih. (Joko Susilo, Sie Pemerintahan Kradenan, 2012)
c.      Di Desa Sumber, Mendenrejo, Mojorembun, Ngungger, dan Medalem memiliki sistem perairan setengah teknis aliran dari sungai Bengawan Solo yang disedot dengan pompa yang kemudian dialirkan ke lahan pertanian. Sumur dari pemerintah juga dibagun untuk irigasi – irigasi sawah warga. Didekat sawah terdapat bangunan yang berfungsi sebagai penempatan pompa dan mesinnya sedangkan jaringan pipa air irigasi dibawah tanah agar tidak mengurangi luas lahan. (Darnoto, Sekcam Kradenan, 2012)
Perkembangan Kradenan berdasarkan sarana dan prasarana dilakukan secara bertahap dan terencana melalui musrenbangdes 1 atau 2 tahun sebelum tahun pelaksanaan proyek. Musrenbangdes  dilakukan oleh peragkat desa, tokoh masyarakat dan beberapa perwakilan warga. Kegiatan ini merencakan pembangunan skala prioritas keruangan dalam jangka 1-2 tahun mendatang. Contohnya mengenai infrastrukur, pelayanan publik seperti pengadaan polindes dan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan masyarakat. Kradenan memiliki wilayah luas namun sumberdaya dan sumber dana yang minim. Kegiatan pembangunan juga dilakukan untuk menghindari adanya kesenjangan sosial antar dukuh dan antar desa.


Kelembagaan Masyarakat
Kelembagaan di Kradenan berjalan dengan lancer, hubungan antara masing-masing stakeholder terjalin dengan erat. Di Kradenan tidak terdapat LSM yang mengintervensi baik pemerintah maupun penduduk disini. Kegiatan PKK setiap bulannya mengadakan kegiatan, begitu juga dengan karang taruna, dan organisasi lainnya yang tentunya kegiatan positif.
Kradenan yang notabenenya memiliki lahan sawah yang dominan, menjadikan kecamatan ini memiliki beberapa kelompok tani yang bergerak tentunya di bidang pertanian. Setiap tahunnya pemerintah Kecamatan Kradenan dan Kab Blora bersama kelompok tani mengadakan Panen Raya dan Tanam bersama saat musim panen dan musim tanam tiba.


Aspek Sosial

Secara sosial arah pergerakan penduduknya Kecamatan Kradenan sama dengan pemenuhan pelayanan sarana/prasaran, 5 desa ( Desa Sumber, Medalem, Mojorembun, Nglungger, dan Mendenrejo) yang dekat dengan Kantor Kecamatan Kradenan memiliki karakter mudah bersosialisasi untuk 5 desa tersebut. Kemudahan bertukar informasi karena jarak yang dekat. Sedangkan untuk 5 desa seperti Nginggil, Ngrawoh, Ngeblak, Megeri dan Getas lebih mudah mendapatkan informasi dan bersosialisasi dengan penduduk dari Ngawi Jawa Timur.
Di Kradenan juga masih terdapat kelompok Samin yang memegangteguh akan kejujuran dan sikap suka membantu sesame manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar